Upaya percepatan pembangunan infrastruktur yang digenjot pemerintah
menimbulkan peningkatan kebutuhan biaya. Hal tersebut dialami PT Hutama
Karya, yang ditugasi menggarap 4 proyek jalan tol Trans Sumatra, yaitu
Bakauheni-Terbanggi Besar, Palembang Indralaya, Pekan Baru-Dumai, dan
Medan Binjai.
"Dari empat ruas itu, pada saat mendapat penugasan
pertama di zaman Pak SBY adalah Medan-Binjai dan Palembang-Indralaya.
Namun pada bulan Februari 2015 setelah Pak Jokowi kunjungan,
Bakauheni-Terbanggi Besar dan Pekan Baru-Dumai juga jadi prioritas. Jadi
4 itu sekarang jadi prioritas," ujar Direktur Utama Hutama Karya, I
Gusti Ngurah Putra, ditemui di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR), Jakarta, Jumat (4/9/2015).
Ia
mengatakan, karena ada perubahan prioritas tersebut, pihaknya kemudian
menghitung ulang seluruh kebutuhan investasi untuk menyelesaikan
ruas-ruas Tol Trans Sumatera, yang menjadi tugasnya berdasarkan faktor
inflasi dan ketidakpastian situasi ekonomi.
"Pak Presiden
sendiri yang meminta untuk perubahan prioritas itu, sehingga kita
menghitung ulang kebutuhan pendanaan dan komposisi pinjamannya. Karena
dibangun lebih cepat, porsi ekuitas juga meningkat. Kebutuhan PMN
(Penyertaan Modal Negara) Hutama Karya untuk lima tahun ke depan
meningkat dari Rp 12,95 triliun menjadi Rp 17,4 triliun," jelasnya
Artinya
ada kenaikan kebutuhan PMN Rp 4,45 triliun atau 34,36%. PMN tersebut,
akan dipergunakan sebagai ekuitas atau modal perusahaan yang dijadikan
dasar pengajuan pinjaman ke pihak perbankan dalam pembiayaan proyek
jalan tol Trans Sumatera. "Porsi ekuitas Bakauheni-Terbanggi Besar
menjadi 52% akibat perubahan prioritas pembangunan," jelas dia.
Menteri
PUPR, Basuki Hadimoeljono menjelaskan, Hutama Karya mendapat penugasan
membangun Tol Bakauheni-Terbangi Besar dan Palmebang-Indralaya.
Penugasan tersebut berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 100
Tahun 2014 tentang percepatan pembangunan Jalan Tol di Sumatera.
"Skema
ini diberlakukan untuk ruas-ruas jalan tol yang layak secara ekonomi
namun tidak layak secara finalsial, dan secara pendanaan pemerintah
memiliki keterbatas," ujar Basuki, dalam kesempatan terpisah.
Basuki
menjelaskan, untuk mengerjakan tol Bakauheni-Terbangi Besar, PT Hutama
Karya harus menyediakan ekuitas Rp 8,727 triliun, agar bisa mencairkan
pinjaman perbangkannya Rp 8,067 triliun.
"Dengan nilai kontruksi
tol tersebut direncanakan rampung pada tahun 2018, sedangkan untuk
proses pengadaan tanah selesai pada 2016. Tol tersebut terbagi menjadi
tiga seksi yaitu Pelabuhan Bakauheni-Interchange (IC) Sidumulyo, IC
Sidumolyo-IC Branti, dan IC Terbangi Besar," jelas Basuki.
Sementara
itu, untuk pembangunan jalan tol Palembang-Indralaya, Hutama Karya
harus menyediakan ekuitas Rp 2,31 triliun, dengan pinjaman perbankan Rp
990,336 miliar.
SUMBER : http://finance.detik.com/read/2015/09/04/172010/3010493/4/garap-4-tol-trans-sumatera-hutama-karya-minta-tambahan-suntikan-rp-445-t?f9911033